NASKAHPUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan memenuhi Syarat-syarat Untuk Menyelesikan Program Diploma III Keperawatan mendengar seseorang yang sudah meninggal, klien mendengar suara yg mengancam diri klien atau orang lain atau suara lain yg membahayakan. Dan data objektifnya adalah mengarahkan telinga SebuahMonolog. S A R I M I N. Karya Agus Noor [ agus2noor@ 1. Tampak panggung pertunjukan, mengingatkan pada pentas kampung. Para pemusik muncul, nyante, seakan-akan mereka hendak melakukan persiapan. Ada yang mumcul masih membawa minuman. Ngobrol dengan sesama pemusik. Kemudian mengecek peralatan musik. - Theater perfomance art, dalam naskah 'Suara-suara Mati' karya 'Manuel Van Loggem' Tahun 2019 Sendratasik UNJA Aktor ig: @rickyagureynaldi. Pinterest. Today. Explore. When autocomplete results are available use up and down arrows to review and enter to select. Touch device users, explore by touch or with swipe gestures. 6 Tayang November 2022. Jadwal tayang Black Panther: Wakanda Forever beberapa kali diubah setelah pandemi dan kematian Chadwick Boseman. Setelah Mei dan pindah ke Juli 2022, tanggal tayang sempat digeser pada Oktober. Namun Marvel Studios telah mengumumkan bahwa Black Panther: Wakanda Forever akan tayang perdana di bioskop pada Menjualidealisme, sering kali dilakukan, semata-mata khilaf. Khilaf akan niatan awal memutuskan menjadi pensyarah. Namun toh masih banyak yang memegang trisula. Penghujung 2015 ini kami dengan Vay Nhanh Fast Money. ArticleFull-text availableSuara-Suara Islam dalam Surat Kabar dan Majalah Terbitan Awal Abad 20 di MinangkabauJanuary 2020 Buletin Al-Turas[...]Sastri SunartiAbstrak Tulisan ini menjelaskan tentang perkembangan pers di Sumatera seperti Palembang, Medan, Sibolga, Padang, dan Kota Raja di Aceh pada paruh kedua abad ke-19. Namun demikian, tulisan ini fokus pada daerah Padang yang menjadi pusat perniagaan yang dikelola oleh orang Eropa terutama Belanda dan Tionghoa. Selanjutnya, pada awal abad ke-20, para pengusaha pribumi mulai terlibat dalam bidang ... [Show full abstract] percetakan dan penerbitan, seperti surat kabar Alam Minangkerbau 1904, Perserikatan Orang Alam Minangkerbau OAM tahun 1911 milik orang pribumi asal Minangkabau. Mulai saat itu usaha di bidang percetakan dan penerbitan semakin berkembang di Sumatra. Usaha ini pun hingga memunculkan berbagai karakter dan kepentingan masyarakat pribumi terutama tentang suara-suara kelompok atau organisasi yang memperjuangkan nasib masyarakat miskin, tertindas, maupun yang kurang mendapatkan pengajaran. Sampai menjelang pertengahan abad ke-20 suara-suara masyarakat semakin tumbuh dan direpresentasikan melalui berbagai media cetak. Banyak yang mengusung tentang pentingnya pendidikan baik umum maupun agama di samping tentang periklanan dari perusahaan-perusahaan perkebunan. Maka dari perkembangan pers inilah tidak sedikit yang mengawali suara nasionalisme bangsa dari berbagai wilayah di Indonesia termasuk dari Sumatera. - Abstract This article explains about the development of press in Sumatera, such as Palembang, Medan, Sibloga, Padang, and Kota Raja in Aceh in the second half of 19th Century. However, it focuses on Padang as the center of commerce run by European especially Dutch, and Chinese. In addition, in the beginning of 20th Century, the indigenous petty bourgeoisie involved in printing and publishing sector, such as Alam Minangkerbau newspaper 1904, Perserikatan Orang Alam Minangkerbau OAM in 1911 owned by the local people from Minangkabau. Since then, printing and publishing business had been growing in Sumatera. The business brought various characteristics and also local people interests, especially the voices of groups or organization that fought for the poor, the oppressed people, and the ones who were lack of education access. Until the mid of 20th century, the voices of the people was growing and represented through variety of printed media. Many of them carried on the importance of education, both general and religious education, as well as advertising and plantation companies. This development of press brought the voice of nationalism from various region, including full-text ArticlePDF AvailableAbstractPenelitian pada naskah “Suara-Suara Mati” karya Manuel Van Loggem ini bertujuan untuk 1 mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik berupa alur, penokohan, latar, dan tema; 2 mendeskripsikan wujud keterkaitan antara aspek alur, penokohan, latar, dan tema; 3 mendeskripsikan wujud psikoanalisis tokoh Istri. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikoanalisis, dengan sumber data berupa hauptext dan nebentext dari naskah Suara-Suara Mati karya Manuel Van Loggem terjemahan Sunarto Timur serta wawancara tak bersetruktur. Hasil penelitian ini yaitu tokoh Istri memiliki struktur kepribadian id, ego, dan superego yang tidak stabil apabila dibandingkan dengan kondisi kejiwaan manusia normal lainnya. Ego yang ada dalam dirinya tidak mampu untuk menyeimbangkan prinsip-prinsip kesenangan yang ada di dalam id dan prinsip moralistik yang ada di dalam superego. Prinsip-prinsip kesenangan yang ada di dalam id pada kondisi psikologis tokoh Istri cukup besar. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. PELATARAN SENI Volume 6 No. 2, September 2021 Halaman 97-112 Psikoanalisis Tokoh dalam Naskah “Suara-Suara Mati” Karya Manuel van Loggem Aminuddin & Dewi Alfianti Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP ULM E-mail aminuddinjxiii Intisari Penelitian pada naskah “Suara-Suara Mati” karya Manuel Van Loggem ini bertujuan untuk 1 mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik berupa alur, penokohan, latar, dan tema; 2 mendeskripsikan wujud keterkaitan antara aspek alur, penokohan, latar, dan tema; 3 mendeskripsikan wujud psikoanalisis tokoh Istri. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikoanalisis, dengan sumber data berupa hauptext dan nebentext dari naskah Suara-Suara Mati karya Manuel Van Loggem terjemahan Sunarto Timur serta wawancara tak bersetruktur. Hasil penelitian ini yaitu tokoh Istri memiliki struktur kepribadian id, ego, dan superego yang tidak stabil apabila dibandingkan dengan kondisi kejiwaan manusia normal lainnya. Ego yang ada dalam dirinya tidak mampu untuk menyeimbangkan prinsip-prinsip kesenangan yang ada di dalam id dan prinsip moralistik yang ada di dalam superego. Prinsip-prinsip kesenangan yang ada di dalam id pada kondisi psikologis tokoh Istri cukup besar. Kata kunci psikoanalisis, manuel van loggem, suara-suara mati Abstract The research on Manuel Dead Loggem's Suara-Suara Mati text aims to 1 describe the form of intrinsic elements in the form of flow, characterization, background, and theme 2 to describe the form of the relationship between the aspects of flow, characterization, background, and theme 3 describe the form of psychoanalysis of the Istri figure. This study uses a psychoanalytic approach, with data sources in the form of hauptext and nebentext from the Suara-Suara Mati by Manuel Van Loggem's East Sunarto translation and unstructured interviews. The results of this study are that the figure of the Wife has a personality structure id, ego, and superego that is unstable when compared to other normal human psychiatric conditions. The ego in him is unable to balance the principles of pleasure that are in the id and moralistic principles that are in the superego. The principles of pleasure in the id in the psychological condition of the Wife are quite large. Keywords psychoanalysis, manuel van loggem, suara-suara mati PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 98 PENDAHULUAN Naskah “Suara-Suara Mati” adalah salah satu karya yang disadur dari cerita berjudul “Dode Klanken” Karya Manuel Van Loggem terjemahan Sunarto Timur. Naskah ini menampilkan tragedi cinta suami-istri yang terperangkap oleh rasa curiga. Semua itu bersumber dari rasa cemburu hingga melahirkan khayalan liar tentang kematian. Tokoh Istri dalam naskah “Suara-Suara Mati” mengalami gangguan kepribadian karena menghadapi berbagai macam konflik yang kompleks. Membentuk peran membutuhkan tenaga, kekuatan, stamina yang memeras energi lahir batin. Serta pemahaman kepada perwatakannya, intelegensinya, pendidikan dan status sosialnya, juga sikap dan kecenderungan-kecendrungan menghadapi lingkungan yang membinanya. Pemahaman kepada kejiwaan tokoh sangat diperlukan untuk membangun karakter dan memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung di dalam suatu karya drama. Seiring berkembangnya jalan cerita dalam suatu naskah drama, timbul juga berbagai macam konflik yang dihadapi oleh kepribadian setiap tokoh yang ada di dalam suatu naskah drama. Jika seorang aktor maupun sutradara ingin membangun suatu tokoh pada salah satu naskah drama yang akan dimainkan, pastinya sang aktor dan sutradara akan menganalisis lebih dalam terhadap tokoh yang akan dimainkannya secara menyeluruh. Misalkan pada naskah teater yang tergolong realis. Kurang lengkap jika kita tidak mengetahui permasalahan kejiwaan pada tokoh berupa konflik psikis tokoh itu sendiri dan konflik psikis antar tokoh. Permasalahan kejiwaan suatu tokoh bisa berkembang pada kelainan perilaku dan kelainan kejiwaan yang lebih parah sehingga terjadi suatu permasalahan atau konflik yang lebih rumit. Untuk memahami hal yang seperti itu perlu diketahui masalah kejiwaan yang terjadi pada tokoh drama tersebut. Naskah “Suara-Suara Mati” atau “Dode Klanken” ditulis oleh Manuel Van Loggem dapat digolongkan realisme psikologis. Di dalam naskah “Suara-Suara Mati” mempunyai suatu karakter yang memiliki realitas kebatinan atau mempunyai masalah emosi kebatinan yang sangat mendalam dan kuat. Di dalam kekuatan konflik internal sang tokoh yang mendalam dan kuat, menuntut seorang aktor untuk berusaha membangun kedalaman jiwa. Realisme psikologis tertuju pada realisme dan naturalisme yang marak muncul pada awal abad ke-20. Terkait naskah “Suara-Suara Mati” menarik untuk mengetahui wujud dan unsur-unsur intrinsiknya, baik alur, penokohan, latar, dan tema. Selain itu, penelitian ini juga tertarik untuk mengetahui bagaimana kaitan antarunsur intrinsic tersebut. Sebagai pisau analisis, penelitian ini menggunakan PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 99 pendekatan yang relevan, yakni psikoanalisis. Langkah dan tahapan kajian ini meliputi membaca secara cermat dan teliti sumber penelitian sambil melakukan kerja analisis dan mencatatnya, kemudian dilakukan enandaan pada bagian-bagian tertentu yang mengandung unsur-usur intrinsik dan psikoanalisis tokoh Istri. Selanjutnya menginterpretasikan unsur-usur intrinsik dan psikoanalisis tokoh Istri. Psikoanalisis adalah ilmu psikologi yang menyelidiki prilaku manusia melalui proses bawah sadar. Psikoanalisis pertama kali dimunculkan oleh Sigmund Freud 1856-1939 yang berasal dari Austria. Psikoanalisis adalah istilah khusus dalam penelitian psikologi sastra. Artinya, psikoanalisis banyak diterapkan dalam setiap penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan psikologi yang dapat digunakan untuk menganalisis penokohan dalam drama tersebut Endraswara, 2008; Minderop, 2010. Freud dalam Minderop, 2010 membahas pembagian psikis manusia, yakni id, ego, dan super ego. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan, dan tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil dari interaksi ketinganya. Id adalah struktur paling dasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut perinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengkontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas prilaku manusia. Superego berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadinya pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa bersalah. PEMBAHASAN Psikoanalisis Sigmund Freud pada Tokoh Istri Berani Protes Berani protes merupakan tindakan yang berani melawan karena merasa tidak sejalan pemikirannya. Tokoh Istri berani protes saat tokoh Suami merasa kasihan dengan tokoh Istri karena dia harus merawat seorang yang tua yang sedang lumpuh seperti anak kecil. Hal tersebut seperti pada kutipan dialog dibawah ini. Suami Maaf, ini tentunya merupakan siksaan yang berat bagimu, bahwa kau harus memelihara aku seperti anak kecil. Istri Anak kecil!? Pak, jangan katakan itu! Pada kutipan tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri berada antara id, ego dan superegonya. Ego mendorong tokoh Istri untuk berpikir bahwa sudah sepantasnya dia membantu dan merawat suaminya apalagi PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 100 keadaan suaminya sedang lumpuh. Akan tetapi, id dalam diri tokoh Istri berontak. Dia tidak sependapat ketika tokoh Suami merasa dirinya yang sedang lumpuh merepotkan dan menyusahkan tokoh Istri yang merawat dirinya. Sedangkan superego tokoh Istri mengatakan bahwa sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri untuk merawat suaminya. Berani protes juga ditunjukkan tokoh Istri saat dirinya merasa mendengar suara ketukan pintu yang sebenarnya tidak ada, hal tersebut seperti pada kutipan dialog berikut. Istri Ada orang mengetuk pintu. Suami Kau salah dengar. Ia tentunya belum datang. Biasanya ia selalu tepat pada waktu yang dijanjikan. Istri Tapi aku merasa mendengar sesuatu. Suami Mendengar sesuatu? Seperti pekan lalu? Istri Tidak! Tidak! Bukan itu! Maksudku ketukan pintu! Suami Tak ada ketukan pintu. Badanku lumpuh tetapi pendengaran ku masih baik. Istri Mungkin aku keliru, sangka ku bunyi pintu. Tapi aku salah dengar? Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri antara id dan ego. Tokoh Istri merasa mendengar suara ketukan pintu namun suara itu cuman ada di khayalan tokoh Istri dan hal itu dibantah oleh tokoh Suami. Ego mendorong tokoh Istri untuk berpikir sejenak bahwa mungkin dia salah dengar dan mencoba meyakini apa yang dikatakan tokoh Suami. Akan tetapi, id dalam diri tokoh Istri memberontak bahwa dirinya benar-benar mendengar suara ketukan pintu tersebut, apalagi ketika tokoh Suami menekan dan mempertanyakan kepada tokoh Istri ketika dia mendengar sesuatu seperti pekan lalu. Hal itupun ditolak oleh id tokoh Istri karena tokoh Istri merasa tidak nyaman dan merasa terganggu dengan pertanyaan dari tokoh Suami yang menyinggung dengan kejadian pekan lalu. Kemarahan Emosi adalah keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, dan kemarahan. Menurut Sigmund Freud emosi atau amarah merupakan salah satu wujud dari energi psikis sistem id yang berwujud perbuatan-perbuatan negatif. Energi psikis sistem id yang berwujud perbuatan-perbuatan negatif. Energi psikis sistem id yang berwujud perbuatan-perbuatan negatif seperti membunuh, agresif, marah dan sebagainya. Kemarahan merupakan reaksi meluapkan kekesalan baik berupa perkataan atau tindakan. Emosi kemarahan dalam diri tokoh Istri tampak seperti kutipan dialog berikut ini. PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 101 Suami perlahan, tetapi dengan tekanan Kau dengar lagi anak menangis? Istri Tidak! Tidak! Suami Jangan disembunyikan, aku ingin menolongmu. Waktu berjalan terus tanpa kata. Apa yang sudah lalu kau dengar sekarang. Kau ketinggalan sendiri di masa silam. Kau harus mengejar kami. Jangan tinggal di sana. Anak itu sudah mati, sudah lebih dari satu tahun. Istri Jangan usik soal itu lagi. Suami Kau sudah ketinggalan waktu lebih dari satu tahun. Istri Aku dengar tangis anak itu. Aku bersumpah! Aku dengar! Suami Yang baru-baru ini kau pungkiri juga. Setelah lama barulah kau mengaku. Itu bagus sekali. Tandanya kau sadar akan kesendirianmu. Sendirian dalam waktu, dengan kenangan sebagai dunia sekitarmu. Kau harus lekas-lekas kembali, sebab kami terus maju. Jarak waktu antara kau dan kami semakin jauh. Istri kehabisan tenaga Sudahlah! Sudah! Aku tidak mendengar. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id dengan ego. Ego mendorong tokoh Istri untuk berpikir bahwa yang diucapkan tokoh Suami benar, tokoh Istri merasa ada yang salah dengan dirinya. Namun demikian, id dalam diri tokoh Istri memberontak dan menolak tindakan dan ucapan tokoh Suami, tokoh Istri merasa tidak memerlukan bantuan dari tokoh Suami. Tokoh Istri merasa dirinya tidak sakit dan dirinya hanya mendengar suara anak menangis. Id mendorong tokoh Istri untuk marah dan bersumpah meyakinkan tokoh Suami bahwa dirinya benar-benar mendengar suara anak menangis. Kemarahan dalam diri tokoh Istri muncul ketika tokoh Istri menuduh tokoh Sahabat yang mengiriminya surat selama ini, terlihat seperti kutipan dialog berikut ini. Sahabat Tapi mengapa kau sangka aku yang menulis? Istri Sebab hanya kau yang tahu apa yang tertulis di dalamnya! Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi pertentangan antara id, dan ego. Dorongan dari id membuat tokoh Istri merasa ingin meluapkan kemarahannya dengan menuduh tokoh Sahabat. Akan tetapi, ego dalam diri tokoh Istri bergejolak dan berpikir bahwa orang yang selama ini dia percaya malah menteror dengan mengirimi dia surat-surat, hal tersebutlah yang membuat tokoh Istri merasakan kemarahan kepada tokoh Sahabat. Kemarahan tokoh Istri juga terlihat ketika dia menyerahkan surat yang baru diterimanya kepada tokoh Sahabat. Seperti kutipan dialog berikut ini. Sahabat Boleh aku membacanya? Istri Boleh, nanti kau akan melihat dirimu sendiri seperti di dalam cermin. PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 102 Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis yang terjadi dalam diri tokoh Istri adalah akibat dari pertentangan id, dan superego. Id mendorong tokoh Istri untuk merasa marah karena tokoh Istri menganggap tokoh Sahabatlah yang mengiriminya surat tersebut. Akan tetapi superego tokoh Istri memberikan kesempatan kepada tokoh Sahabat untuk melihat isi surat tersebut hal ini diperlihatkan tokoh Istri dengan menyerahkan surat tersebut dengan berkata sarkatis kepada tokoh Sahabat. Kecemasan Kecemasan adalah rasa tidak tentram hatinya. Kecemasan yang dirasakan oleh tokoh Istri disebabkan oleh perbuatan tokoh Suami yang terus menerus menekan tokoh Istri dengan sikap dan pertanyaan-pertanyaan tentang suara ketukan dan suara anak menangis. Kecemasan tokoh Istri juga disebabkan oleh tokoh Sahabat dengan kehadirannya kedalam rumah pagi itu serta surat-surat yang telah dikirimkan. Kecemasan tokoh Istri seperti kutipan dialog berikut ini. Istri berdiri Ada orang mengetuk pintu Ketukan Ini Sebenarnya Tidak Ada Suami melihat jam tangan Kau salah dengar. Ia tentunya belum datang. Biasanya ia selalu tepat pada waktu yang dijanjikan. Istri Tapi aku serasa mendengar sesuatu. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id dan ego. Ego mendorong tokoh Istri mendengar suara ketukan pintu namun dibantah oleh tokoh Suami karena suara ketukan pintu tersebut tidak ada. Namun demikian, id mendorong tokoh Istri merasa cemas dengan suara tersebut karena dia benar-benar merasa mendengarnya. Tokoh Istri menunjukkan kecemasannya ketika tokoh Suami menekannya dengan mempertanyakan dengan kejadian pekan lalu seperti kutipan dialog berikut ini. Suami Orang yang mengalami sesuatu mungkin bisa keliru. Di dalam dan di luar manusia itu ada suara. Soalnya, apakah orang lain juga mengalamai hal yang sama? Istri Sudah! Sudah! Jangan mulai lagi! Suami Apa yang kau dengar? Istri Pintu. Tapi aku keliru! Sudahlah. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis yang terjadi dalam diri tokoh Istri adalah akibat pertentangan id dan ego. Ego tokoh Istri berusaha untuk tetap tenang menghadapi tekanan dari pertanyaan tokoh PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 103 Suami dan berusaha untuk menyudahi tekanan dari tokoh Suami, akan tetapi id tokoh Istri mendorong dirinya untuk merasakan ketidak nyamanan dari pertanyaan tokoh Suami hingga menimbulkan kecemasan dalam diri tokoh Istri. Tokoh Istri juga merasakan kecemasan ketika suara pintu benar-benar diketuk oleh seseorang namun hal itu malah disangkal oleh tokoh Istri. Seperti suara ketukan pintu pada kutipan dialog berikut ini. Suami Dengan membuat potret ini, seolah-olah aku telah merampas hidupnya. Aku bangga sekali dengan anak ini. Masih ingat kau? istri diam membuang muka Bangga bercampur takjub. Bangga karena kenyataan sekalipun keadaanku begini, masih dapat punya anak. Boleh dikata suatu keajaiban. Kelahiran dari cipta. Seperti dalam dunia wayang saja. Indrajid lahir karena kekuatan cinta. Pintu diketuk orang, istri terkejut. Suami melihat jam tangannya Pintu diketuk orang? Istri Aku tak dengar! Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id dan ego. Ego mendorong tokoh Istri untuk menyangkal mendengar suara ketukan pintu ketika suara ketukan pintu itu benar-benar diketuk oleh seseorang hal itu juga dibuktikan oleh tokoh Suami. Namun demikian, id mendorong tokoh Istri semakin cemas hingga akhirnya membuat tokoh Istri menolak mengakui kebenaran tentang suara ketukan pintu tersebut. Kecemasan tokoh Istri juga terlihat ketika dirinya disuruh tokoh Suami untuk membukakan pintu untuk tokoh Sahabat masuk, seperti kutipan dialog berikut ini. Suami Itu salah! Mestinya kau dengar apa-apa. Tapi pintu diketuk orang. Ia datang terlalu pagi, tapi tak mengapa. Kita boleh bergembira, bahwa satu-satunya sahabat kita masih tinggal mengukur waktunya dengan hasrat dan bukan dengan jamnya. Suruh dia masuk. Tentu kau senang melihat dia kembali Istri berdiri lurus saja tak bergerak Istri Aku, tidak senang! Suami tajam Masukan dia! Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id, ego, dan superego. Id tokoh Istri merasakan ketidaksenangan dari kedatangan tokoh Sahabat dan enggan untuk membukakan pintu. Superego tokoh Istri membuatnya berpikir untuk tidak seharusnya dia menolak permintaan dari tokoh Suami. Sedangkan ego dari tokoh Istri membuat dirinya pergi dan membukakan pintu untuk tokoh Sahabat dan mempersilahkannya masuk. PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 104 Kecemasan juga ditunjukan tokoh Istri dengan kedatangan tokoh Sahabat kerumah mereka pagi itu. Tokoh Suami mengutarakan maksudnya mengundang tokoh Sahabat ke rumah mereka untuk mengembalikan persahabat mereka seperti sebelumnya, namun hal itu tidak diketahui oleh tokoh Istri. Seperti kutipan dialog berikut ini. Sahabat Nah, mulailah! Mengapa kau telepon aku suruh datang kemari? Mengapa kau minta aku datang tepat pada waktu yang kau tentukan? Istri Dia menelpon? kepada suami aku tak tahu pak, mengapa tak kau katakan padaku. Katamu dia akan datang seperti dulu-dulu. Tapi kau tidak minta dia datangkan!? Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id dan ego. Ego mendorong tokoh Istri harus bisa tetap bersikap tenang dengan kehadiran tokoh Sahabat. Namun demikian, id mendorong tokoh Istri menjadi cemas dengan maksud kedatangan tokoh Sahabat, hal tersebutlah yang membuat tokoh Istri mempertanyakan kepada tokoh Suami maksud kedatangan tokoh Sahabat datang pagi itu. Rasa cemas dalam diri tokoh Istri timbul saat dirinya memperdebatkan dan memberitahukan isi surat tersebut kepada tokoh Sahabat. Hal tersebut tampak dalam kutipan dialog berikut ini. Sahabat Apa yang telah kutuduhkan padamu? Istri Bahwa aku telah membunuh anakku. sunyi senyap Sahabat Itu tidak benar! Istri Di sisi kanan kebenaran, di sisi kiri dosa dan di tengah-tengah dinding. Tiap-tiap manusia selalu ada perasaan dosa yang masih samar-samar, masih mencari dasar. Kaulah yang memberi dasar itu dengan surat-suratmu! Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis yang dialami tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id dan ego. Id tokoh Istri merasa tidak tentram hatinya karena dirundung rasa cemas dengan kenyataan-kenyataan yang tertulis disetiap surat yang dia terima. Akan tetapi, ego dalam diri tokoh Istri bergejolak mendorong tokoh Istri untuk mengakui bahwa dia yang telah membunuh anaknya sendiri. Kekecewaan Kekecewaan dalam diri tokoh Istri muncul ketika dirinya dikirimi surat oleh tokoh Sahabat. Kekecewaan tokoh Istri mucul karena dia merasa tersiksa dengan surat-surat yang diterimanya dari tokoh Sahabat selama satu tahun ini. Kekecewaan itu tampak pada kutipan dialog berikut ini. PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 105 Sahabat Ada apa? Dari siapa surat itu? Istri tak bernada Dari kau! Sahabat tersentak Apa maksudmu? Istri masih tak bernada Setahun lamanya kau tulis surat padaku. Aku tak berani membicarakan soal itu dengan kau. Cuma aku memberikan isyarat agar kau dapat merasa. Itulah sebabnya kau merasa di sini tak lagi dapat sambutan baik seperti dulu-dulu. Kini sudah waktunya berterus terang seperti katamu tadi. Baiklah aku senang sekarang, tak perlu lagi harus bersembunyi. Cuma aku tak mengerti, mengapa kau siksa aku dengan surat-surat itu. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id dan ego. Ego membuat tokoh Istri harus tetap menjaga ketenangan dirinya didepan tokoh Suami dan Sahabat. Namun demikian, id dalam diri tokoh Istri memberontak karena surat itu datang lagi, tokoh Istri merasa sangat kecewa dengan tindakan tokoh Sahabat dengan mengiriminya surat terus menerus hingga membuatnya tersiksa dengan surat tersebut. Kekecewaan juga dialami oleh tokoh Istri saat dirinya menjelaskan apa yang dirasakannya dengan menerima surat-surat tersebut selama ini, seperti kutipan dialog berikut ini. Suami Suara-suara mati! Ia mendengar suara-suara itu. Dan kini ia melihat isyarat-isyarat mati. Istri seraya memerlihatkan surat Tapi toh surat ini ada padaku. Aku kenal tulisan ini seperti aku kenal tulisanku sendiri. Setahun lamanya aku menerima surat-surat dengan tulisan ini. Mula-mula sesaat setelah matinya anak itu. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis yang dialami tokoh Istri berupa ego dan id. Id membuat tokoh Istri kecewa dengan tokoh Sahabat karena telah mengiriminya surat, sedangkan ego tokoh Istri berusaha tegar dengan tetap memberikan penjelasan kepada tokoh Sahabat tentang bagaimana perasaannya menerima surat-surat tersebut. Kekecewaan yang dialami oleh tokoh Istri disebabkan surat-surat yang dikirimkan tokoh Sahabat kepada dirinya, seperti kutipan dialog berikut ini. Istri Dalam hati akupun bertanya-tanya, mengapa begitu sampai hati kau melakukannya. Semula aku menangis karenanya, karena kekejamanmu. Tapi kemudian ketika aku mulai berpikir, bahwa aku mungkin benar maka mengertilah aku, bahwa kau harus membenciku. Sahabat memegang bahu Istri Apa yang kau katakan itu? Demi tuhan, katakan apa yang telah terjadi! PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 106 Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis yang dialami tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id, ego dan super ego. Id tokoh Istri mendorongnya untuk merasa kecewa dengan tindakan tokoh Sahabat yang mengiriminya surat-surat tersebut. Super ego tokoh Istri mencoba memahami tindakan tokoh Sahabat dengan surat-surat tersebut, bahwa tokoh Sahabat harus membencinya. Tetapi, ego dalam diri tokoh Istri berontak dengan tindakan yang dilakukan tokoh Sahabat. Ego mendorong tokoh Istri merasa kecewa dengan tindakan tokoh Sahabat, yang selama ini dia percaya malah menterornya sedemikian rupa. Ketakutan Ketakutan tokoh Istri terlihat ketika mendengar suara ketukan pintu yang sebenarnya diketuk oleh tokoh Sahabat. Seperti kutipan dialog berikut ini. Suami Dengan membuat potret ini, seolah-olah aku telah merampas hidupnya. Aku bangga sekali dengan anak ini. Masih ingat kau? istri diam membuang muka Bangga bercampur takjub. Bangga karena kenyataan sekalipun keadaanku begini, masih dapat punya anak. Boleh dikata suatu keajaiban. Kelahiran dari cipta. Seperti dalam dunia wayang saja. Indrajid lahir karena kekuatan cinta. Pintu diketuk orang, istri terkejut. Suami melihat jam tangannya Pintu diketuk orang? Istri Aku tak dengar! Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri muncul akibat pertentangan antara id dan egonya. Id tokoh Istri mendorong dirinya untuk merasa ketakutan dengan yang terjadi dengan dirinya hingga dia menolak mendengar ada suara ketukan pintu walaupun sebenarnya suara ketukan pintu tersebut benar-benar ada. Sedangkan ego dari tokoh Istri melakukan protes kepada tokoh Suami bahwa dia tidak mendengar ada suara ketukan pintu. Ketakutan tokoh Istri juga terlihat ketika dia menolak mengakui mendengar suara ketukan pintu yang sebenarnya dari tukang pos, seperti kutipan dialog berikut ini. Sunyi seketika, suami memasang telinga, suara pintu diketuk orang Istri memekik Tidak! Aku tidak mendengar apa-apa! Suami Ssttt! Pintu diketuk orang? Istri Aku tak dengar apa-apa! Suami melihat jam Pengantar pos. Datangnya mesti tepat waktu begini. Tadi kuminta bujang segera membawa surat-suratnya kemari. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara id dan egonya. Id tokoh Istri merasakan PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 107 ketakutan hingga membuatnya tidak bisa membedakan antara realita dengan khayalannya hingga itu membuatnya menolak mendengar suara ketukan pintu dan menunjukkan ketakutan. Sedangkan ego dari tokoh Istri tidak bisa membantu memenuhi hasrat dari keinginan id hingga membuat tokoh Istri mengalami gejala delusi. Ketakutan tokoh Istri selanjutnya juga terjadi ketika tokoh Istri menjelaskan dia mendengar suara anak menangis kepada tokoh Sahabat, seperti kutipan dialog berikut ini. Sahabat Kau mendengar anak menangis? Istri Ya. Tangis anakku, anakku yang telah mati. seraya menunjuk suaminya Dia, dialah yang memeringatkan aku terhadap suara itu. Dialah yang mula-mula mendengar tangis itu, kemudian disampaikan kepadaku Diam sejenak kemudian datanglah kesangsian itu, kemudian suara itu. Sesaat sepi mencekam. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena ketertekanan batinnya selama ini dia sembunyikan, tokoh Istri merasakan ketakutan yang disebabkan konflik antara id dan egonya. Ego tokoh Istri membuatnya untuk tetap tenang dan memberikan penjelasan kepada tokoh Sahabat apa yang dia rasakan. Akan tetapi, id tokoh Istri sangat kuat yang membuat tokoh Istri merasakan ketakutannya. Ketakutan tokoh Istri selanjutnya terjadi ketika tokoh Istri menolak untuk mempercayai kepada tokoh Sahabat, saat tokoh Sahabat menyampaikan perasaannya, seperti kutipan dialog berikut ini. Sahabat kepada Istri Mesti ada yang mengetahui tentang anak kita. Ya, aku tak mau membisu lebih lama lagi. Kau tahu, bahwa aku cinta padamu. Jadi tak mungkin aku yang menulis surat-surat itu. Surat ini pun tidak! Aku tak berubah. Aku tak menulis surat-surat itu, percayalah! Percayalah! Istri Aku mau percaya padamu. Aku pun tak inginkan bukti apa yang kau katakan sudah cukup. Hanya karena kau yang mengatakan. Kalaupun aku melihat sendiri kau yang menulis aku pun akan percaya juga. Sebab aku mau percaya dinding dalam diriku yang membatasi antara bukti dan harapanku. Sahabat Aku berhak atas dirimu. Aku tak sudi lama lagi dipaksa melepaskan kau karena belas kasihan. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis tokoh Istri terjadi karena pertentangan antara superego, ego, dan id. Superego tokoh Istri membuatnya mau untuk mempercayai tokoh Sahabat namun, id dari tokoh Istri membuatnya merasakan ketakutan dan kecemasan, hingga ego dari tokoh PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 108 Istri menolak untuk mengikuti dan mempercayai dengan tokoh Sahabat karena dorongan dari id tokoh Istri. Ketakutan tokoh Istri juga terlihat ketika tokoh Sahabat mencoba menyakinkan tokoh Istri tentang perasaan yang dimilikinya dan dirinya tidak menuliskan surat-surat tersebut, hal ini seperti kutipan dialog berikut ini. Sahabat kepada Istri Mesti ada yang mengetahui tentang anak kita. Ya, aku tak mau membisu lebih lama lagi. Kau tahu, bahwa aku cinta padamu. Jadi tak mungkin aku yang menulis surat-surat itu. Surat ini pun tidak! Aku tak berubah. Aku tak menulis surat-surat itu, percayalah! Percayalah! Istri Aku mau percaya padamu. Aku pun tak inginkan bukti apa yang kau katakan sudah cukup. Hanya karena kau yang mengatakan. Kalaupun aku melihat sendiri kau yang menulis aku pun akan percaya juga. Sebab aku mau percaya dinding dalam diriku yang membatasi antara bukti dan harapanku. Pada kutipan dialog tersebut terlihat ketakutan yang ada didalam diri tokoh Istri menahan dirinya untuk percaya dengan pernyataan tokoh Sahabat. Psikoanalisis yang dialami tokoh Istri yaitu antara id, ego, dan superego. Id mendorong tokoh Istri untuk merasa takut. Ego membuat tokoh Istri berpikir untuk mempercayai tokoh Sahabat tentang perasaannya dan bukan tokoh Sahabatlah yang menuliskan surat-surat yang dia terima selama ini. Akan tetapi superego mendorong tokoh Istri untuk menahan dirinya untuk percaya dengan pernyataan tokoh Sahabat, batin tokoh Istri masih merasakan ketakutan dengan teror yang dia alami serta gangguan halusinasi audio yang dia alami, hal ini lah yang membuat tokoh Istri kesulitan untuk mempercayai pernyataan tokoh Sahabat. Ketakutan tokoh Istri selanjutnya ketika tokoh Sahabat mengajak pergi tokoh Istri dari rumah, seperti kutipan dialog berikut ini. Istri Aku berterima kasih padamu bahwa selama ini kau telah banyak berkorban untukku. Tapi aku mohon jangan coba kau bujuk aku. Aku tahu lebih pasti bahwa aku mesti tinggal padanya dari pada hasratku ikut bersamamu. Pada kutipan dialog tersebut dapat diketahui psikoanalisis yang dialami tokoh Istri disebabkan pertentangan antara ego dan superego. Ego membuat tokoh Istri untuk merasa kasihan dengan segala macam pengorbanan yang telah dilakukan tokoh Sahabat untuk dirinya selama ini dan ingin mengikuti kehendak tokoh Sahabat untuk meninggalkan rumah tersebut. Akan tetapi, superego menahan keinginan tersebut, superego mendorong tokoh Istri untuk PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 109 tetap tinggal di rumah dan memilih tetap bersama tokoh Suami sebagai bentuk penyesalannya telah melakukan pengkhianatan dengan tokoh Sahabat. Konflik Batin Konflik batin dalam diri tokoh Istri terlihat saat melepaskan diri dari pegangan tokoh Sahabat lalu melakukan solilaque untuk menceritakan apa yang dia rasakan dan tanggung selama ini. Didalam soliloque tokoh Istri bukan hanya tampak ketakutan, tapi juga terlihat emosi yang lain seperti kemarahan, kekecewaan, kecemasan dan penyesalan, semua itu menjadi satu dan terbentuklah solilaque tersebut. Solilaque ini menggambarkan semua kejadian yang dialami dalam benak tokoh Istri dalam cerita didalam naskah ini. Semua ditumpahkan oleh tokoh Istri. Solilaque ini dibagi kedalam tiga potongan kutipan dialog dibawah ini. Istri Mula-mula ada perlawanan, perlawanan karena tak percaya, karena keyakinan dalam dirimu. Kau mulai tahu bahwa tuduhan-tuduhan itu bohong oleh kepastian pengalaman. Tapi apa yang terjadi sebenarnya, tak dapat diikuti lagi. Kebenaran itu terletak di masa silam dalam dirimu cuma kenangan padanya. Lalu kenangan itu perlahan disinggung. Lama kelamaan kau terlepas dari masa silam, sampai pada saat kenangan itu membentuk kehidupannya sendiri. Dan runtuhlah kepercayaan pada apa yang kau ketahui. Mula-mula kau lawan kesadaran ini. Tapi sudah tidak ada lagi sisa-sisa kepastian yang tinggal. Dan kekuatan dalam dirimu pun menjadi liar. Pada kutipan dialog tersebut tokoh Istri menggambarkan keterkaitan yang terjadi antara keadaan sekarang dengan tokoh Sahabat. Surat-surat yang dikirim tokoh Sahabat membuat tokoh Istri merasakan kekecewaan dan kemarahan hingga membuat suasana antara mereka menjadi kaku dan membuat tokoh Sahabat tidak merasakan sambutan baik di dalam rumah mereka. Psikoanalisis yang dialami tokoh Istri antara id, ego, dan super egonya. Id mendorong tokoh Istri untuk menjelaskan keadaan sekarang kepada tokoh Sahabat, namun ego tokoh Istri mendorongnya untuk semakin membuat dirinya sendiri tersiksa dengan perasaannya sendiri. Sedangkan superego tokoh Istri mencoba tetap menjaga kesadarannya dengan tetap memberikan penjelasan kepada tokoh Sahabat dengan apa yang sedang terjadi. Tokoh Istri semakin tertekan pada solilaque selanjutnya, tokoh Istri semakin larut dengan perasaannya sendiri terlihat dari potongan solilaque selanjutnya berikut ini. “Seraya menatap dengan pandangan redup ke sekitar. Seakan-akan hendak menguji kejadian-kejadian di masa silam pada benda-benda didalam kamar PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 110 Benda-benda di sekitarmu mulai kehilangan kemesraannya, soal yang paling remeh menjadi saing dan memuakkan dan mendorong kau menjauhinya. Meja dan kursi dalam kamar, pohon-pohon di jalan, mega-mega dilangit. Semuanya menarik diri darimu, mereka jadi samar-samar mengandung rahasia. Itulah yang member kesepian yang tak tertangguhkan lagi. Dan bayang-bayang yang timbul dalam dirimu penuh dengan dendam dan benci. Pada kutipan dialog tersebut tokoh Istri dalam solilaque diatas memberikan gambaran bahwa benda-benda disekitarnya yang dulu menjadi saksi atas semua kehangatan dan keharmonisan persahabatan mereka bertiga telah perlahan-lahan menghilang. Benda-benda disana cuma meninggalkan kenangan atas cerita manis mereka bertiga dulu, namun sekarang benda-benda di sana malah terasa asing karena kerenggangan hubungan persahabatan mereka. Itu disebabkan karena ada rahasia yang mereka simpan dan pendam sekarang. Hal itu juga yang menyebabkan kecurigaan dan ketidak harmonisan persahabatan mereka sekarang. Pada solilaque berikut ini juga membawa tokoh Istri semakin dalam kedalam perasaannya sendiri, di sini juga terlihat pertentangan batin yang terjadi di diri tokoh Istri, seperti kutipan dialog berikut ini. Pada kalimat berikutnya, sebentar Istri melihat pada Sahabat yang memperhatikan dia dengan penuh rawan dan kasih. Suami mengikuti pandangan mereka itu. Pada mukanya terbaca perasaan sakit hati, putus asa dan dendam yang berkkobar-kobar karena kesepian yang dilontarkan oleh Istrinya. Yang menjadi teka-teki bagiku ialah, mengapa manusia itu mesti menjadi musuh dirinya sendiri? mengapa dalam satu tubuh bersarang harapan damai bersama dengan kekuatan yang membawa kebinasaan. Dan lambat laun kau tenggelam dalam kesangsian, dalam ketakutan. Dalam ketakutan, dalam kesamaran dan keasingan!! Kadang-kadang, serasa ada dinding yang membelah badanku menjadi dua, disisi kanan aku dapat berpikir, mengetahui, melihat keadaanku, mengikuti masa silam dengan keyakinan yang pasti. Tetapi di sisi kiri segala tumbuh dalam diriku, kecemasan, bayang-bayang yang serba samar. Sedang akalku tak kuasa menembus dinding itu. Seolah-olah sudah kehabisan napas Kadang-kadang, serasa akal memukul-mukul seperti hendak melepaskan diri, tetapi dindingnya terlalu kuat. Aku tahu aku hidup dalam kebohongan, tapi kebohongan itu sangat kuat menguasaiku. Ada sebuah dinding yang membatasi antara aku dan suara anak itu menangis. Aku tidak dapat meneliti dari sisi dinding sebelah mana datangnya suara itu. Pada kutipan dialog tersebut solilaque memberikan gambaran akan terjadinya pertentangan batin yang dirasakan oleh tokoh Istri, psikoanalisis yang dirasakan tokoh Istri antara ego, id dan superegonya. Superego membuat PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 111 tokoh Istri menyadari perbuatan dan yang disembunyikannya selama ini harus diungkapkannya karena dengan dia merasa tersiksa dengan terus menyembunyikan tentang perselingkuhannya. Namun id tokoh Istri berontak dan menolak hal tersebut, hal itu juga yang menyebabkan tokoh Istri merasakan ketakutan, kecemasan, dan penyesalan yang menyebabkan tokoh Istri semakin tersiksa hingga membuat tokoh Istri mengalami halusinasi audio berupa suara ketukan pintu dan tangisan seorang anak. Namun ego tokoh Istri merasakan kebimbangan karena tekanan dari id sangat kuat, hingga membuat dia selama ini berdiam diri dan menyimpannya. Wujud Psikologis Tokoh Istri Psikologis tokoh Istri mengalami gangguan kepribadian dalam dirinya, dapat dikatakan demikian karena tokoh Istri mendengar suara ketukan pintu dan suara tangisan seorang anak yang sebenarnya tidak ada. Dugaan peneliti diperkuat oleh adegan-adegan dalam naskah drama tersebut yang sesuai dengan ciri-ciri orang yang mengalami gangguan kepribadian halusinasi audio. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa tokoh Istri mengalami halusinasi dan gejala delusi dalam kehidupannya. Semakin terbukanya rahasia-rahasia yang disimpan setiap tokoh di dalam cerita pada naskah drama ini semakin jelas terlihat bagaimana kondisi kejiwaan tokoh Istri hingga pada akhir cerita tokoh Istri secara terang-terangan mendengar suara anaknya sedang menangis. Pada wujud keterkaitan alur, penokohan, latar, dan tema naskah drama ini saling berhubungan dan mendukung dalam pembentukkan cerita yang utuh. Tokoh Istri sebagai peran utama protagonis dibantu dan dihambat oleh tokoh Suami, Sahabat, dan Bujang. Id, ego, dan superego tokoh Istri menghasilkan berani protes, kemarahan, kecemasan, kekecewaan, ketakutan, dan konflik batin. Wujud psikologis tokoh Istri dalam naskah drama ini dapat diketahui bahwa tokoh Istri mengalami halusinasi dan gejala delusi dalam kehidupannya. Struktur kepribadian id, ego, dan superego yang tidak stabil apabila dibandingkan dengan kondisi kejiwaan manusia normal pada umumnya. Ego dalam dirinya tidak mampu menyeimbangkan prinsip-prinsip kesenangan yang ada di dalam id dan prinsip moralistik yang ada di dalam superego. Prinsip-prinsip kesenangan yang ada di dalam id pada kondisi psikologis tokoh Istri cukup besar. Tokoh Istri berusaha keras untuk menutupi hubungan gelapnya dengan tokoh Sahabat dari suaminya, hal ini pulalah yang membuat kondisi psikologis tokoh Istri tertekan hingga mengalami gangguan psikologis berupa halusinasi dan gejala delusi. PELATARAN SENI Vol. 6/No. 2/September 2021 112 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian pada struktur naskah drama “Suara-Suara Mati” karya Manuel Van Loggem, maka dapat disimpulkan bahwa alur yang terdapat dalam drama ini berupa alur maju atau bisa juga disebut alur progresif. Hal ini disebabkan oleh jalan cerita di dalam naskah ini bergerak maju dengan akhir cerita tragis tanpa harapan atau bisa bisa juga disebut dengan fin tragique sans espoir. Segi penokohan tokoh Istri adalah tokoh utama atau bisa disebut tokoh protagonis dalam naskah drama ini dari awal cerita hingga akhir dia secara penuh ada di dalam cerita. Dari awal hingga akhir tokoh Istri terlihat mempunyai ketakutan, kecemasan dan kegelisahan hingga menyebabkan tokoh Istri mengalami halusinasi audio dan gejala delusi berupa mendengar suara ketukan pintu dan tangisan seorang bayi. Latar tempat naskah drama ini berada disebuah ruang baca, latar waktu terjadi pada pagi dini hari hingga menjelang siang, dan latar sosialnya adalah masyarakat menengah ke atas dapat dibuktikan dari latar tempat cerita yang berupa Bibiliotek. REFERENSI Anirun, S. 1998. Menjadi Aktor. Bandung Studiklub Teater Bandung. Dietrich, E. John. 1953. Play Direction. Englewood Cliff NJ. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta FBS UNY. Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Luxemburg, Van J. 1985. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta Gramedia. Minderop, Albertine. 2005. Psikologi Sastra. Jakarta PT. Yayasan Obor Indonesia Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Ubersfeld, Anne. 1996. Lire le théàtre II. Paris Belin Éditions. Peyroutet, Claude. 2001. La Pratique de l’Expression Écrite. Paris Nathan Scolaire. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Pratique de l'Expression ÉcriteClaude PeyroutetPeyroutet, Claude. 2001. La Pratique de l'Expression Écrite. Paris Nathan Scolaire. Foto iStock As canções que compõem uma cerimônia de casamento refletem cada etapa de maneira única e, muitas vezes, relacionam momentos especiais entre o casal, seus pais, padrinhos e convidados. Com a música para a saída dos noivos não é diferente e soma-se ainda ao momento de felicidade por terem acabado de realizar o sonho do casamento. Independentemente do estilo de vocês, quando a canção final retrata a alegria do momento e tem algum significado para o casal, a emoção é garantida. Pensando em tudo isso, reunimos sugestões de músicas para diversos tipos de saída e, ainda, dicas super valiosas de como escolher a música ideal para a sua cerimônia. Confira! Sugestões certeiras para ajudar na sua escolha Músicas para uma saída clássica Se vocês são um casal do tipo tradicional e que querem fazer uma saída da cerimônia digna de um filme, as opções clássicas podem ser interessantes. Além disso, elas são atemporais e serão sempre triunfais e Músicas para uma saída romântica Casamento tem tudo a ver com romance e essas escolhas de músicas vão emocionar qualquer um. Esse momento é muito especial porque marca os primeiros instantes de casados do casal, então nada melhor do que uma música que transmita todo esse amor sentido pelos dois. Músicas para uma saída animada Já se vocês são o tipo de casal que quer começar a festa já na saída da cerimônia, nada melhor do que uma música que funcione como um “esquenta” para as comemorações. Vale lembrar que essas são apenas sugestões e você pode escolher qualquer música animada que tenha a ver com o casal e com esse momento tão feliz. Músicas para uma saída moderna As músicas geralmente remetem à uma época e uma canção moderna é perfeita para marcar a data do casamento. Imagina assistir ao vídeo do casamento daqui alguns anos e se lembrar de todo o contexto que a música da saída trouxe? Você pode escolher qualquer música que goste e que faça lembrar o casal de alguma forma. Sem contar que os convidados vão adorar! Gostou da seleção? Então continue aqui para descobrir como escolher a ideal para o seu casamento. O que considerar na hora de escolher a música de saída Afinal, como selecionar apenas uma música em meio a tantas opções? Consultamos um profissional que está mais do que acostumado a orientar casais na escolha das canções de cada momento da cerimônia, o maestro e diretor do Grupo Sonata, Laércio Hernane. Para ele, o encerramento da cerimônia é um momento alegre e festivo, “vocês acabaram de se casar e chegou a hora de comemorar o início de um novo futuro, então é isso que a música deve refletir. Eu recomendo sempre uma música bem animada, mas que tenha a ver com o casal”, declara o maestro. Confira agora as dicas do que levar em consideração ao escolher a canção final. A história de vocês esse é o mais importante a ser pensado a dois, na opinião do maestro Laércio Henrique, afinal, todo casal tem músicas que se tornaram especiais durante o relacionamento. Então, por que não escolher aquela que mais marcou a união de vocês para a saída da cerimônia? Com certeza ela será cheia de significado para vocês e seus convidados. O gosto pessoal é muito legal quando a música de saída dos noivos também se identifica com o gosto musical de cada um. Se vocês gostam do mesmo estilo musical, fica fácil. Mas se divergem muito, tentem pensar no estilo que mais combina com vocês como um casal. O resultado disso é um encerramento com a cara dos dois. A mensagem da música item importantíssimo especialmente com músicas estrangeiras. Há canções que possuem melodias lindas, mas seus versos não são tão felizes quanto parecem. Quer um exemplo? Muita gente acredita que a música “You’re Beautiful”, de James Blunt, é uma declaração de amor, quando na verdade trata-se do sofrimento de um relacionamento que acabou. Então não se deixe enganar pela melodia, dê aquela pesquisada no Google para entender direitinho o que a letra diz, ok? O estilo do casamento levando em consideração todos os itens acima, este acaba sendo automático. Mesmo assim, é sempre bom ter em mente que a música final deve estar em harmonia com o estilo do casamento. Já pensou em uma cerimônia clássica se encerrando com um rock’n roll? Não combina muito, né? Se mesmo depois de tudo isso vocês não chegarem a uma conclusão, Laércio recomenda partir para a lista de músicas tradicionais já consagradas para casamentos. Não tem erro! De qualquer forma, não tenha medo de ousar, leve a sua ideia para o grupo que tocará na sua cerimônia e deixe que eles transformem o sonho de vocês em música! Priscilla Ázara Jornalista por teimosia, contadora de histórias por paixão. Vive uma vida editada, é alucinada por cachorros e chocolate, ama viajar e ainda procura na caixa de correios a sua cartinha de Hogwarts. Ver mais conteúdos de Priscilla Ázara Gospel Fácil para Sax Alto Músicas Fáceis para Sax Alto Suara Suara Mati Karya Manuel Van Loggem Para pelaku Suami Istri Bujang SahabatDEKOR RUANGAN INI MERUPAKAN KAMAR YANG BERNUANSAKAN KEMURAMAN, DENGAN KURSI-KURSI YANG BERAT. RUANGAN INI RUANGAN BACA BIBILIOTEK’ UNTUK AKSEN PRIBADI YANG LEBIH NYATA PADA TOKOH SUAMI. DAN LEBIH PENTING DAPAT MENGGUGAH KENANGAN MASA SILAM SAAT SAHABAT SERING KALI MENGUNJUNGI TEMPAT ITU. PINTU CUMA SATU DI BAGIAN BELAKANG, SEBAB KELUAR MASUKNYA ORANG-ORANG DALAM DRAMA INI PENTING SEKALI. RUANGAN SANGAT TERATUR DAN PENUH SELERA. ISTRI Jadi keluar sendiri lagi kau, Pak? SUAMI Ya, manis! Dan seperti yang kau lihat, dapat juga. Yah, ingin aku sekali-sekali tak perlu dipapah orang lain kalau berjalan. Ingin sekali-sekali aku tinggal sendirian. ISTRI Tidakkah kau merasa sakit? SUAMI Bukan main! Sekarang pun masih terasa. ISTRI Baiklah. Aku tolong kau. ISTRI MENUNTUN SUAMINYA. PERLAHAN MENUJU KURSI. SUAMI MELETAKKAN TONGKATNYA SUAMI Ambilkan surat-surat yang mesti aku kerjakan sekarang. Ingin aku selesaikan sekali. ISTRI Tidakkah lebih baik kau tangguhkan saja? SUAMI Tidak! Aku masih punya sisa semangat yang aku kumpulkan untuk berjalan-jalan tadi. Sekarang ingin kuhabiskan. ISTRI Banyak yang dikerjakan? SUAMI Hanya beberapa surat yang masih harus kutandatangani. Lainnya sudah kuselesaikan. Istri mengambil pulpen dari dalam saku baju suaminya dan memberikannya pada tangan kiri, kemudian dikeluarkan surat-surat dari dalam map ISTRI Pak, mengapa tak kau kuasakan saja padaku, untuk menandatangani surat-surat itu. kau sakit dan lelah. SUAMI Kalau aku yang menuliskan sendiri namaku, bagaimana susah dan jeleknya, maka seolah-olah aku telah memindahkan sebagian dari diriku ke dunia lain. Jelas tampak di hayalku sendiri, sama-sama rusak dan lumpuhnya. Tapi setidak-tidaknya di luar aku sendiri, tampak olehku bahwa aku masih dapat menulis, sekalipun dengan tangan kiri. Sekalipun hanya dua kata berturut-turut, lebih tidak. terdiam sejenak mau kau membukakan pulpenku? ISTRI MEMBUKA PULPEN. SUAMINYA MENANDATANGANI SURAT-SURAT DENGAN TANGAN KIRI. SETELAH ITU DIAMATI TULISANNYA DENGAN TERSENYUM SUAMItersenyum Aku sendiri tak dapat membaca apa yang aku tulis. ISTRI Tak perlu! Kau hanya tanda tangan SUAMI Tiap kali aku melihat namaku, aku melihat diriku sendiri ISTRI Nama tak lain dari suatu janji. SUAMI Janji yang harus ditepati! nyata gregetun dengan kekerasannya, kemudian menjadi lembut maaf. Ini tentu merupakan siksaan yang berat bagimu, bahwa kau harus memelihara aku seperti anak kecil. ISTRI Anak kecil!? Pak, jangan katakan itu! SUAMI Ya, anak kecil memang harus dipelihara baik-baik. Tapi ini sungguh tidak adil, bahwa kau mendapat kebobrokan tua bangka ini seraya menunjuk dirinya untuk kau pelihara ISTRI keras Tidak! Tidak! Itu sudah kewajibanku! SUAMI Tersenyum mengejek campur iba Kewajiban!? Seperti kita sudah kawin lama saja. Padahal baru dua tahun. diam sejenak Dulu aku sehat. Cuma agak terlampau matang barangkali, di samping keremajaan yang masih hijau. Tapi dulu aku mempunyai anggapan, bahwa orang membutuhkan dua umur perempuan untuk mengisi umur satu laki-laki. Kiranya bagiku tak sampai memerlukan perempuan kedua, sebab yang pertama saja sudah pusing jiwanya olehku. ISTRI Waktu kita kawin, aku tidak menganggap kau tua. SUAMI Persis dua kali umurmu. Perkawinan kita ini sudah menjadi rumusan ilmu pasti dengan hasil salah. Dua kali satu nol ISTRI Kau pasti akan sembuh lagi, Pak, waktu kita kawin kau masih sehat. SUAMI Akan sembuh dan bertambah tua. Kita perlahan-lahan tumbuh saling mendekati akhirnya mencapai titik pertemuan kalau sudah tidak mempunyai arti lagi. Hari tua tak mengenal perbedaan umur lagi. ISTRI berdiri Ada orang mengetuk pintu. KETUKAN INI SEBENARNYA TIDAK ADA SUAMI melihat jam tangan Kau salah dengar. Ia tentunya belum datang. Biasanya ia selalu tepat pada waktu yang dijanjikan. ISTRI Tapi aku serasa mendengar sesuatu. SUAMI Mendengar sesuatu? Seperti pekan lalu? ISTRI terkejut, gelisah Tidak! Tidak! Bukan itu! Maksudku ketukan pintu! SUAMI Tak ada ketukan pintu. Badanku lumpuh tetapi pendengaranku masih baik. ISTRI gelisah Mungkin aku keliru, sangkaku bunyi pintu. Tapi aku salah dengar? SUAMI Orang yang mengalami sesuatu mungkin bisa keliru. Di dalam dan di luar manusia itu ada suara. Soalnya, apakah orang lain juga mengalamai hal yang sama? ISTRI Sudah! Sudah! Jangan mulai lagi! SUAMI Apa yang kau dengar? ISTRI Pintu. Tapi aku keliru! Sudahlah. SUAMI Aku hanya ingin menolongmu. Tapi untuk itu perlu berterus terang, yang disembunyikan akan menjadi busuk. Aku ingin menyembuhkan. ISTRI Aku tidak sakit, Pak… SUAMI perlahan, tetapi dengan tekanan Kau dengar lagi anak menangis? ISTRI Tidak! Tidak! SUAMI Jangan disembunyikan, aku ingin menolongmu. Waktu berjalan terus tanpa kata. Apa yang sudah lalu kau dengar sekarang. Kau ketinggalan sendiri di masa silam. Kau harus mengejar kami. Jangan tinggal di sana. Anak itu sudah mati, sudah lebih dari satu tahun. ISTRI Jangan usik soal itu lagi! SUAMI Kau sudah ketinggalan waktu lebih dari satu tahun ISTRI Aku dengar tangis anak itu. Aku bersumpah! Aku dengar! SUAMI Yang baru-baru ini kau pungkiri juga. Setelah lama barulah kau mengaku. Itu bagus sekali. Tandanya kau sadar akan kesendirianmu. Sendirian dalam waktu, dengan kenangan sebagai dunia sekitarmu. Kau harus lekas-lekas kembali, sebab kami terus maju. Jarak waktu antara kau dan kami semakin jauh. ISTRI kehabisan tenaga Sudahlah! Sudah! Aku tidak mendengar SUNYI BEBERAPA SAAT, SUAMI BERDIRI DAN BERJALAN DENGAN SUSAH PAYAH MENDEKATI POTRET KECIL, POTRET SEORANG ANAK BAYI, YANG BERADA DI ATAS LEMARI BUKU SUAMI Untunglah aku sudah membuat potret ini. Sekarang aku tak dapat membuatnya lagi. Tanganku tak kuasa lagi memegang alatnya. Tapi potret ini kubuat, dulu ketika anak ini baru lahir, belum dapat dikenali wajahnya, belum dapat dikenal mirip siapa wajahnya. Sayang tak lama kemudian meninggal. Tiba-tiba berpaling pada istrinya dengan pandangan tajam Ingatanku mulai tumpul. Bukankah kata dokter, anak itu mati lemas karena mukanya telangkup ke bantal? ISTRI Aku harap jangan bicarakan itu lagi! SUAMI Begitu kata dokter, bukan!? ISTRI Ya! SUAMI Tak seorang pun dapat berbuat apa-apa. Tak seorang pun bersalah! ISTRI Tak bernada Tak seorang pun! SUAMI KEMBALI MENEKUNI POTRET SERAYA TERMENUNG SUAMI Dengan membuat potret ini, seolah-olah aku telah merampas hidupnya. Aku bangga sekali dengan anak ini. Masih ingat kau? istri diam membuang muka Bangga bercampur takjub. Bangga karena kenyataan sekalipun keadaanku begini, masih dapat punya anak. Boleh dikata suatu keajaiban. Kelahiran dari cipta. Seperti dalam dunia wayang saja. Indrajid lahir karena kekuatan cipta. Pintu diketuk orang, istri terkejut. Suami melihat jam tangannya Pintu diketuk orang? ISTRI Aku tak dengar! SUAMI Itu salah! Mestinya kau dengar apa-apa. Tapi pintu diketuk orang. Ia datang terlalu pagi, tapi tak mengapa. Kita boleh bergembira, bahwa satu-satunya sahabat kita masih tinggal mengukur waktunya dengan hasrat dan bukan dengan jamnya. Suruh dia masuk. Tentu kau senang melihat dia kembali Istri berdiri lurus saja tak bergerak ISTRI Aku…. tidak senang! SUAMI tajam Masukkan dia! ISTRI PERGI, SUAMI KEMBALIKAN POTRET, TETAPI LANTAS DIKEMBALIKAN PADA TEMPAT SEMULA. LALU ISTRI DAN SAHABAT MASUK. SUAMI MENYAMBUT DENGAN SUSAH PAYAH DENGAN ULURAN TANGAN KIRINYA, KEMUDIAN KEMBALI DUDUK KE KURSINYA SAHABAT Bagaimana dengan keadaan badanmu? SUAMI Semakin buruk, kepala tinggal menunggu apa yang dilakukan oleh badan. Pikiranku masih terang, itulah yang malah membuat aku susah. Serasa badanku dibelit ular sampai remuk, tapi kepalaku tak apa-apa, hingga aku dapat menyangsikan semua dengan terang. SAHABAT Apa kata dokter? SUAMI Dokter, aku sudah tidak pakai lagi. Sudah sering berganti, tetapi mereka tak dapat menyembuhkan. Kata mereka, penyakitku ini akan hilang dengan sendirinya. Sekarang aku tak mau melihat mereka lagi. Dengan begitu mereka pun tak akan dapat memberikan aku harapan-harapan palsu lagi. Sekarang aku bersikap tak peduli sahabat berpaling pada istri SAHABAT dengan lembut Dan kau, apa kabarmu? ISTRI Baik! Cuma kepalaku agak pening! SUAMI kepada Sahabat Aku ingin bicara dengan kau tentang dia. Barangkali kau dapat memberi pertimbangan. Sayang akhir-akhir ini kau jarang sekali datang. SAHABAT MENJAWAB SUAMI, TAPI DENGAN MEMANDANG ISTRI SAHABAT Akhir-akhir ini aku mendapat kesan, bahwa kedatanganku tak begitu dapat sambutan seperti dulu-dulu Istri memandang jurusan lain SUAMI Itu cuma perasaanmu saja. Tapi aku yakin, pasti bukan aku yang menimbulkan kesan itu, aku senang kalau kau datang Diam sejenak Aku tahu, bahwa antara kita ada terjalin satu ikatan, ikatan yang melebihi persahabatan semata. SAHABAT Begitu memang! ISTRI terkejut Tidak! SAHABAT Bukankah sudah waktunya sekarang berterus terang? SUAMI Selamanya memang lebih terang, kalau berterus terang. SAHABAT Nah, mulailah! Mengapa kau telepon aku suruh datang kemari? Mengapa kau minta aku datang tepat pada waktu yang kau tentukan? ISTRI Dia menelpon? kepada suami Aku tak tahu, Pak, mengapa tak kau katakan padaku. Katamu dia akan datang seperti dulu-dulu. Tapi kau tidak minta dia datangkan!? SUAMI Aku ingin pulih kembali persahabatn kita dulu. Kita dulu mengalami bersama saat-saat yang menyenangkan, kita bertiga dekat sehabis perkawinan kita. Persahabatan yang jarang terjadi, sudah merupakan tri tunggal kepada sahabat dan ketika kau tak datang-datang lagi, entah apa sebabnya aku tak tahu, maka di rumah ini lalu menjadi sepi. Dapat kau pahami, bukan? Seorang yang lumpuh, seorang istri cantik yang muda ini, membawa kekakuan, membawa kesepian. Dan dalam kesepian lantas tumbuh suara-suara aneh yang mengacaukan alam pikiran. Sebab itu kuminta kau datang, Sahabat. Kau sebagai satu-satunya suara hidup untuk melawan suara-suara mati dalam kesepian kami. SAHABAT Apa maksudmu? Suara-suara mati? Aku menjadi curiga padamu! SUAMI Orang cacat selamanya dicurigai. Ya, mereka adalah musuh-musuh yang dijelmakan dari perasaan takut orang-orang waras. SAHABAT mengancam Apa suara-suara mati itu? Sunyi seketika, suami memasang telinga, suara pintu diketuk orang ISTRI memekik Tidak! Aku tidak mendengar apa-apa! SUAMI Ssttt! Pintu diketuk orang? ISTRI Aku tak dengar apa-apa! SUAMI melihat jam Pengantar pos. datangnya mesti tepat waktu begini. Tadi kuminta Bujang segera membawa surat-suratnya ke mari. BUJANG MASUK DENGAN MEMBAWA SURAT-SURAT YANG DIULURKAN KEPADA ISTRI BUJANG Ada surat buat Nyonya! ISTRI TAK BERGERAK. BUJANG MASIH BERDIRI DENGAN TANGAN TERJULUR SUAMI Itu… ada surat untukmu! ISTRI MENDEKATI BUJANG, PERLAHAN-LAHAN SEPERTI DALAM MIMPI DAN DENGAN ACUH TAK ACUH MENGAMBIL SURAT. BUJANG LANTAS KELUAR LAGI. ISTRI TINGGAL BERDIRI SAJA. TANGANNYA LURUS KE BAWAH. SURAT ITU DIPEGANGNYA TANPA DIBACA SUAMI Mengapa kau berdiri saja? SAHABAT Ada apa? Dari siapa surat itu? ISTRI tak bernada Dari kau! SAHABAT tersentak Apa maksudmu? ISTRI masih tak bernada Setahun lamanya kau tulis surat padaku. Aku tak berani membicarakan soal itu dengan kau. Cuma aku memberikan isyarat agar kau dapat merasa. Itulah sebabnya kau merasa di sini tak lagi dapat sambutan baik seperti dulu-dulu. Kini sudah waktunya berterus terang seperti katamu tadi. Baiklah aku senang sekarang, tak perlu lagi harus bersembunyi. Cuma aku tak mengerti, mengapa kau siksa aku dengan surat-surat itu. SAHABAT pada suami Apa artinya semua ini? SUAMI Suara-suara mati! Ia mendengar suara-suara itu. Dan kini ia melihat isyarat-isyarat mati. ISTRI seraya memerlihatkan surat Tapi toh surat ini ada padaku. Aku kenal tulisan ini seperti aku kenal tulisanku sendiri. Setahun lamanya aku menerima surat-surat dengan tulisan ini. Mula-mula sesaat setelah matinya anak itu. SAHABAT Tapi mengapa kau sangka aku yang menulis? ISTRI Sebab hanya kau yang tahu apa yang tertulis di dalamnya! SAHABAT MEREBUT SURAT DARI TANGAN ISTRI SAHABAT Berikan surat itu. melihat suami Aku tidak menulis surat itu! ISTRI Namamu memang tidak kau tuliskan, tapi cuma kau yang tahu apa isinya. SAHABAT Aku berani bersumpah bukan aku yang menulis surat ini! ISTRI Surat-surat yang lain pun tak pernah kau tanda tangani. SAHABAT Aku tak pernah menyurati kau! Aku tak akan berani! Aku takut… ya, aku takut akan membuka rahasia sendiri kalau aku menulis surat betapapun aku sudah berhati-hati. ISTRI Dalam hati akupun bertanya-tanya, mengapa begitu sampai hati kau melakukannya. Semula aku menangis karenanya, karena kekejamanmu. Tapi kemudian ketika aku mulai berpikir, bahwa aku mungkin benar maka mengertilah aku, bahwa kau harus membenciku. SAHABAT memegang bahu Istri Apa yang kau katakan itu? Demi Allah, katakan apa yang telah terjadi! ISTRI MELEPASKAN DIRI DARI PEGANGAN SAHABAT LALU PERLAHAN MENUJU KE DEPAN SERAYA MENGUCAPKAN YANG BERIKUT, SEPERTI BICARA PADA DIRI SENDIRI ISTRI Mula-mula ada perlawanan, perlawanan karena tak percaya, karena keyakinan dalam dirimu. Kau mulai tahu bahwa tuduhan-tuduhan itu bohong oleh kepastian pengalaman. Tapi apa yang terjadi sebenarnya, tak dapat diikuti lagi. Kebenaran itu terletak di masa silam dalam dirimu Cuma kenangan padanya. Lalu kenangan itu perlahan disinggung. Lama kelamaan kau terlepas dari masa silam, sampai pada saat kenangan itu membentuk kehidupannya sendiri. Dan runtuhlah kepercayaan pada apa yang kau ketahui. Mula-mula kau lawan kesadaran ini. Tapi sudah tidak ada lagi sisa-sisa kepastian yang tinggal. Dan kekuatan dalam dirimu pun menjadi liar. SERAYA MENATAP DENGAN PANDANGAN REDUP KE SEKITAR. SEAKAN-AKAN HENDAK MENGUJI KEJADIAN-KEJADIAN DI MASA SILAM PADA BENDA-BENDA DI DALAM KAMAR. Benda-benda di sekitarmu mulai kehilangan kemesraannya, soal yang paling remeh menjadi saing dan memuakkan dan mendorong kau menjauhinya. Meja dan kursi dalam kamar, pohon-pohon di jalan, mega-mega di langit. Semuanya menarik diri darimu, mereka jadi samar-samar mengandung rahasia. Itulah yang memberi kesepian yang tak tertangguhkan lagi. Dan bayang-bayang yang timbul dalam dirimu penuh dengan dendam dan benci. PADA KALIMAT BERIKUTNYA, SEBENTAR ISTRI MELIHAT PADA SAHABAT YANG MEMERHATIKAN DIA DENGAN PENUH RAWAN DAN KASIH. SUAMI MENGIKUTI PANDANGAN MEREKA ITU. PADA MUKANYA TERBACA PERASAAN SAKIT HATI, PUTUS ASA DAN DENDAM YANG BERKOBAR-KOBAR KARENA KESEPIAN YANG DILONTARKAN OLEH ISTRINYA Yang menjadi teka-teki bagiku ialah, mengapa manusia itu mesti menjadi musuh dirinya sendiri? Mengapa dalam satu tubuh bersarang harapan damai bersama dengan kekuatan yang membawa kebinasaan. Dan lambat laun kau tenggelam dalam kesangsian, dalam ketakutan…dalam ketakutan, dalam kesamaran dan keasingan!! Kadang-kadang, serasa ada dinding yang membelah badanku menjadi dua, di sisi kanan aku dapat berpikir, mengetahui, melihat keadaanku, mengikuti masa silam dengan keyakinan yang pasti. Tetapi di sisi kiri segala tumbuh dalam diriku, kecemasan, bayang-bayang yang serba samar. Sedang akalku tak kuasa menembus dinding itu. seolah-olah sudah kehabisan napas Kadang-kadang, serasa akal memukul-mukul seperti hendak melepaskan diri, tetapi dindingnya terlalu kuat. Aku tahu aku hidup dalam kebohongan, tapi kebohongan itu sangat kuat menguasaiku. Ada sebuah dinding yang membatasi antara aku dan suara anak itu menangis. Aku tidak dapat meneliti dari sisi dinding sebelah mana datangnya suara itu. SAHABAT Kau mendengar anak menangis? ISTRI Ya. Tangis anakku, anakku yang telah mati seraya menunjuk suaminya Dia, dialah yang memeringatkan aku terhadap suara itu. Dialah yang mula-mula mendengar tangis itu, kemudian disampaikan kepadaku. Diam sejenak Kemudian datanglah kesangsian itu, kemudian suara itu. SESAAT SEPI MENCEKAM SUAMI Kasihan. pada sahabat Tidak benar! Tidak benar, bahwa aku yang mulai mendengar suara itu. Itu hanya angan-angan saja. Tak dapat disesali dia. ISTRI Bersamaan waktunya dengan itu datanglah surat-surat itu, surat-surat yang berisi tuduhan. Surat dari satu-satunya orang yang sebenarnya dapat menolong aku. Surat dari kau! Oh, alangkah kejamnya. Kejam! Bahwa datangnya dari kau. Bahwa kau menuduhku! SAHABAT Apa yang telah kutuduhkan padamu? ISTRI Bahwa aku telah membunuh anakku sunyi senyap SAHABAT Itu tidak benar! ISTRI Di sisi kanan kebenaran, di sisi kiri dosa dan di tengah-tengah dinding. Tiap-tiap manusia selalu ada perasaan dosa yang masih samar-samar, masih mencari dasar. Kaulah yang memberi dasar itu dengan surat-suratmu! SAHABAT seraya menunjuk surat Jadi kau anggap aku yang menulis surat itu? ISTRI Ya! SAHABAT Boleh aku membacanya? ISTRI Boleh, nanti kau akan melihat dirimu sendiri seperti di dalam cermin. SAHABAT MEROBEK SAMPUL SURAT, SURAT DIKELUARKAN LALU DIBACA SUAMI Apa isinya? sahabat lama memerhatikan suami dengan pandangan curiga SAHABAT geram Kau pembunuh! SUAMI menyindir tajam Aku? Aneh sekali! Boleh aku melihat? SAHABAT MELEMPARKAN SURAT KEPADA SUAMI. SUAMI DENGAN SUSAH PAYAH MEMUNGUTNYA DI LANTAI SUAMI Kau salah baca. Sudah kusangka. Di sini tertulis “Ibu pembunuh” ISTRI Aku? Oh, lain tidak? SUAMI Tidak. SAHABAT kepada Istri Mesti ada yang mengetahui tentang anak kita. Ya, aku tak mau membisu lebih lama lagi. Kau tahu, bahwa aku cinta padamu. Jadi tak mungkin aku yang menulis surat-surat itu. Surat ini pun tidak! Aku tak berubah. Aku tak menulis surat-surat itu, percayalah! Percayalah! ISTRI Aku mau percaya padamu. Aku pun tak inginkan bukti apa yang kau katakan sudah cukup. Hanya karena kau yang mengatakan. Kalaupun aku melihat sendiri kau yang menulis aku pun akan percaya juga. Sebab aku mau percaya dinding dalam diriku yang membatasi antara bukti dan harapanku. SAHABAT Aku berhak atas dirimu. Aku tak sudi lama lagi dipaksa melepaskan kau karena belas kasihan. SUAMI Jangan hiraukan aku! SAHABAT kepada Istri Lingkungan ini tak baik bagimu, kau harus pergi dari sini. Kubawa kau dari sini, hawa sekitar sini sudah busuk, cahaya di sini sudah beracun. Kau tak bebas bernapas. Ikutilah aku. SAHABAT MEMEGANG LENGAN ISTRI. ISTRI TIDAK MELAWAN SUAMI Tidakkah kau minta diri dulu dariku? SAHABAT PUN MENDEKATI SUAMI TANPA MELEPASKAN LENGAN ISTRI. SUAMI BANGKIT DARI KURSINYA DENGAN SUSAH PAYAH DAN BERDIRI DI HADAPAN MEREKA. KETIGA ORANG ITU SEKARANG BERDIRI DEKAT POTRET BAYI DI ATAS LEMARI BUKU SUAMI Aku harus tinggal di sini. Aku tak dapat meninggalkan dia. Aku tahu betapa berat penanggunganmu. Seorang yang tak patut mendapat kasih. Seorang pincang dan lumpuh seperti aku tak sepatutnya berkumpul dengan orang yang hidupnya tanpa cacat, sebab ia cuma menghalangi kebahagiaan orang lain saja, sering aku berpikir apakah tidak lebih baik kalau aku memutuskan untuk melepaskan kau dariku. Syukurlah kini sudah ada orang ketiga yang mau melakukannya. Pergilah kau bersama dia. Malapetaka yang kusebar, kini sudah seperti penyakit, semakin lama semakin payah, tidak menjadi berkurang. Dan hidup yang kutempuh sekarang ini sudah tidak memberikan bahagia. Aku hanya dapat menebusnya dengan kematianku. SAHABAT dengki Sayang! ISTRI Untung tak ada lagi anak yang akan mengikat kau! Barangkali di luar rumah ini kau pun tak akan mendengar tangisnya lagi! ISTRI MELEPASKAN DIRI DARI PEGANGAN SAHABAT ISTRI Aku berterima kasih padamu bahwa selama ini kau telah banyak berkorban untukku. Tapi aku mohon jangan coba kau bujuk aku. Aku tahu lebih pasti bahwa aku mesti tinggal padanya daripada hasratku ikut bersamamu. SAHABAT MELANGKAH MAJU KEPADA SUAMI DENGAN MENGANCAM SAHABAT Aku dapat menghajar kau jahanam! Kau jerat dia di sini! Kau bunuh dia! SUAMI tersenyum Aku cuma seorang yang malang, yang lumpuh. Kumaafkan kau! SUAMI LUPA DISEBABKAN KARENA KEMENANGANNYA. SUAMI MENGULURKAN TANGAN KANANNYA. SAHABAT TAK MENYAMBUT ULURAN TANGAN ITU, IA MEMBELAKANGI. TERPIKIR SEJENAK, TIBA-TIBA CEPAT IA MEMBALIKKAN BADANNYA KEMBALI SAHABAT Jarimu kena tinta! SUAMI CEPAT MENARIK TANGANNYA, ISTRINYA MELIHAT TANGANNYA SENDIRI, KEMUDIAN MENGHAMPIRI SUAMINYA, MEMEGANG TANGANNYA ISTRI Tinta? Aneh sekali! Coba lihat! SUAMI berteriak karena rahasianya terbuka Pergilah bersama dia! Tinggalkan aku sendiri! SUAMI CEPAT MENARIK TANGANNYA DAN JATUH. DALAM USAHANYA MENCARI PEGANGAN PADA LEMARI BUKU. TANGANNYA MENYINGGUNG POTRET BAYI HINGGA JATUH PULA KE BAWAH. HENDAK DITANGKAPNYA POTRET ITU, TAPI SIA-SIA DAN POTRET ITU BERANTAKAN DI LANTAI. DALAM PADA SAAT ITU, ISTRINYA MENJERIT ISTRI Ia…. Ia bergerak! SAHABAT PERLAHAN-LAHAN MENDEKATI SUAMI DENGAN SIKAP MENGANCAM SAHABAT Tanganmu dapat bergerak. Tangan kananmu kena tinta! Kau apakan dia! seraya menunjuk istri Kau apakan anaknya!? SUAMI BERDIRI TEGAK DENGAN MUDAHNYA. IA TAK LAGI LUMPUH. KAKINYA MENYAMBAR POTRET. TANGANNYA MENUDING ISTRINYA SUAMI penuh kebencian dan sombong atas kemenangan Biar dirasakan siksaanku sebelum yang kalian terima di neraka! SAHABAT Seraya menarik bahu istrinya Mari! Ikutlah denganku! Biar dia menghukum perbuatannya sendiri. ISTRI Tunggu dulu melepaskan bahunya Diam! Diamlah! KEDUA LAKI-LAKI SALING BERPANDANGAN PENUH KEHERANAN ISTRI Oh, tak dengarkah kau? Tak dengarkah? Anakku menangis! Anakku menangis! Anakku menangis!LAMPU DIPADAMKAN LAMBAT LAUN. PADA SAAT KESEPIAN MENYUSUL TAMAT

naskah suara suara mati